Suku Baduy di Banten adalah masyarakat yang benar-benar unik dan tertutup, yang dapat dicapai melalui jalan desa sejauh 10 km dari desa Cibolegar atau Cibungur di Wilayah Leuwidamar. Jalan sepanjang 50 km dari Rangkasbitung terjal.
Pada bulan April dan Mei, Suku Baduy tertutup bagi orang luar, karena selama ini memperingati upacara-upacara tertentu, yang disebut Seba, Upacara Seba menjadi salah satu pembuktian ketangguhan fisik suku Baduy,
terutama suku Baduy Dalam. Sebab dalam acara yang telah menjadi tradisi
sejak Kesultanan Banten ini, mereka harus berjalan berkilo-kilometer
untuk bersilaturahmi dengan para pimpinan pemerintahan di provinsi
Banten.
Seba merupakan tradisi kuno. dalam acara ini warga Baduy akan keluar kampung untuk bertemu dengan ‘Bapa Gede’. Dalam acara ini, mereka juga membawa hasil bumi berupa pisang, gula aren, beras, hingga laksa. Dalam upacara ini "Puun Baduy" mengirimkan sekelompok perwakilan orang Badui Dalam serta Badui Luar untuk bertindak sebagai juru bicara masyarakat.
Seba merupakan tradisi kuno. dalam acara ini warga Baduy akan keluar kampung untuk bertemu dengan ‘Bapa Gede’. Dalam acara ini, mereka juga membawa hasil bumi berupa pisang, gula aren, beras, hingga laksa. Dalam upacara ini "Puun Baduy" mengirimkan sekelompok perwakilan orang Badui Dalam serta Badui Luar untuk bertindak sebagai juru bicara masyarakat.
Saat melakukan upacara Seba ini, anggota Baduy Dalam menolak mengendarai kendaraan, sebaliknya jarak tempuh berjalan kaki sebagai bukti ketekunan mereka. Untuk memasuki daerah Badui yang sangat khusus ini, seseorang harus mendapatkan izin tertulis dari Kantor Distrik Rangkasbitung yang menyatakan tujuan kunjungan tersebut, yang mungkin memerlukan satu minggu penuh untuk diproses.
Baduy adalah suku dari 2.000 sampai 4.000 orang berbahasa Sunda yang tinggal di 27 desa di pegunungan selatan Rangkasbitung. Orang-orang ini masih memiliki budaya sendiri. Mereka berjuang melawan usaha pemerintah untuk menjadikan mereka bagian dari dunia modern. Baru-baru ini mereka memenangkan perjuangan melawan sekolah-sekolah barat di daerah mereka. Budayanya sangat mengesankan meski tidak mudah untuk belajar sesuatu tentang daerah ini dan masyarakatnya.
Ada tiga desa di tengah kawasan (Cibeo, Cikartawana dan Cikeusik) yang tidak bisa dikunjungi. Di sini tinggal sekitar 40 keluarga dari persediaan Badui paling murni. Budaya di sini hampir tidak terluka. Ke 24 desa di lingkaran luar masing-masing terhubung ke salah satu dari tiga bagian dalam dari mana mereka memerintah. Tiga dari desa terluar ini bisa dikunjungi (Leuwidamar, Lebak dan Kadukatug).
Gambaran akses menuju Kampung Baduy dari Jakarta
Tanah Abang – Rangkasbitung >> Kereta Rangkas Jaya (IDR 15.000)
Rangkasbitung – Terminal Aweh >> Angkot Merah nomor 07 (IDR 5.000)
Terminal Aweh – Ciboleger >> Elf (IDR 25.000)
Ciboleger – Desa-desa Baduy (Dalam ataupun Luar) >> Jalan Kaki