Beberapa sentra pembuatan kain tenun Buya Sabe ini antara lain di Desa Limboro, Desa Towale Kecamatan Banawa Tengah. Tenun Buya Sabe bisa ditemukan pula di sepanjang Desa Watusampu, Limboro, Salu Bomba, Tosale, Towale dan Kolakola di sebelah barat Kota Donggala Sulawesi Tengah. Hasil akhir kain hasil tenun buya sabe dikenal sebagai sarung donggala. Sarung Donggala Buya sabe atau sarung donggala, dibuat dari bahan benang sutra, dibuat oleh para wanita paruh baya berusia 50-60 tahun atau remaja berusia antara 12- 20 tahun.
Profesi sebagai penenun dan petani adalah merupakan pekerjaan utama para wanita di Donggala. Biasanya mereka bekerja sejak pukul 09.00-12.00, lalu diteruskan lagi pukul 13.00-17.00. Ada pula yang menenun di malam hari mulai pukul 19.00-22.00. Bagi ibu rumah tangga, mereka menyelesaikan dulu urusan masak-memasak dan mengatur rumah msaing-masing, baru kemudian menenun. Sementara bagi gadis remaja, ada yang pergi ke sekolah, ada pula yang membantu orang tuanya. Pembuatan tenun buya sabe ini hampir sama dengan pembuatan tenun-tenun yang ada di daerah lain. Baik dari proses pewarnaan benang hingga penenunan.
Coraknya beragam, antara lain kain palekat garusu, buya awi, buya bomba, buya bomba kota, buya sabe, buya cura, serta kombinasi bomba dan sabe. Dari sekian corak tersebut, buya bomba yang paling sulit, hingga membutuhkan waktu pengerjaan satu hingga dua bulan. Berbeda dengan corak lainnya yang hanya membutuhkan waktu satu hingga dua minggu saja.Selain corak warna tenun buya sabe ini juga beragam. Mulai dari warna kuning, merah, biru, ungu, hingga hijau pun ada